Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS): Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Daftar Isi

Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) adalah komplikasi kehamilan yang terjadi pada kehamilan kembar identik yang berbagi satu plasenta (monokorionik). Kondisi ini terjadi ketika terdapat ketidakseimbangan aliran darah antara kedua janin melalui pembuluh darah plasenta yang mereka bagi. Salah satu janin menerima terlalu banyak darah (resipien), sementara yang lain menerima terlalu sedikit (donor), yang dapat menyebabkan komplikasi serius bagi kedua bayi jika tidak segera ditangani.

Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) merupakan kondisi langka tetapi berpotensi mengancam nyawa janin. Oleh karena itu, pemantauan kehamilan yang ketat sangat penting untuk mendeteksi Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) sedini mungkin agar intervensi medis dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS), termasuk penyebab, gejala, metode diagnosis, pilihan pengobatan, serta cara pencegahannya.

Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) adalah komplikasi kehamilan yang terjadi pada kehamilan kembar identik yang berbagi satu plasenta (monokorionik)

Penyebab Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)

Penyebab utama Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) adalah adanya anomali pada pembuluh darah plasenta yang menyebabkan ketidakseimbangan aliran darah antara kedua janin. Berikut beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap kondisi ini:

1. Pembuluh Darah Plasenta yang Tidak Seimbang

Pada kehamilan kembar monokorionik, janin berbagi satu plasenta yang memiliki jaringan pembuluh darah yang kompleks. Jika terdapat hubungan pembuluh darah yang tidak seimbang, aliran darah dari satu janin ke janin lainnya bisa terganggu, menyebabkan salah satu janin kekurangan suplai darah (donor), sementara yang lain menerima darah berlebihan (resipien).

2. Ketidakseimbangan Cairan Amnion

Janin yang menerima terlalu banyak darah (resipien) cenderung mengalami kelebihan cairan ketuban (polihidramnion) karena ginjalnya bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan cairan. Sebaliknya, janin donor yang mengalami kekurangan darah bisa mengalami kekurangan cairan ketuban (oligohidramnion), yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan organ.

3. Faktor Genetik dan Lingkungan

Meski penyebab utama Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) adalah ketidakseimbangan pembuluh darah plasenta, beberapa faktor genetik dan lingkungan tertentu juga dapat berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.

Gejala Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)

Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) biasanya terdeteksi melalui pemeriksaan ultrasonografi pada trimester kedua. Namun, pada beberapa kasus, gejala bisa terlihat lebih awal. Berikut beberapa gejala umum Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS):

  1. Perut ibu hamil membesar secara tidak normal akibat akumulasi cairan ketuban berlebihan.
  2. Janin resipien memiliki kandung kemih yang membesar dan denyut jantung lebih cepat akibat peningkatan volume darah.
  3. Janin donor memiliki kandung kemih kecil atau tidak terlihat karena berkurangnya aliran darah.
  4. Perbedaan ukuran janin yang mencolok akibat ketidakseimbangan suplai darah.
  5. Gerakan janin berkurang terutama pada janin donor karena energi yang rendah akibat kurangnya pasokan darah dan nutrisi.
  6. Nyeri perut atau sesak napas pada ibu hamil akibat kelebihan cairan ketuban yang menekan organ dalam ibu.

Jika Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan keguguran, persalinan prematur, atau komplikasi serius lainnya.

Tahapan Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)

Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) diklasifikasikan ke dalam lima tahap berdasarkan tingkat keparahannya:

Tahap 1

  • Perbedaan cairan ketuban mulai terlihat.
  • Kandung kemih janin donor masih dapat terlihat tetapi kecil.
  • Kedua janin masih menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.

Tahap 2

  • Kandung kemih janin donor tidak lagi terlihat pada pemeriksaan ultrasonografi.
  • Ketidakseimbangan cairan ketuban semakin nyata.

Tahap 3

  • Janin resipien mulai mengalami gangguan fungsi jantung akibat kelebihan volume darah.
  • Janin donor menunjukkan tanda-tanda kekurangan oksigen akibat pasokan darah yang minim.

Tahap 4

  • Salah satu atau kedua janin mulai mengalami gagal jantung akibat tekanan yang terlalu besar atau suplai darah yang tidak memadai.

Tahap 5

  • Salah satu atau kedua janin tidak dapat bertahan akibat komplikasi yang terlalu parah.

Diagnosis Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)

Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) dapat didiagnosis melalui berbagai metode medis, antara lain:

  • Ultrasonografi (USG) Doppler untuk mengevaluasi aliran darah antara kedua janin.
  • Pengukuran volume cairan ketuban guna menentukan adanya ketidakseimbangan antara janin donor dan resipien.
  • Ekokardiografi janin untuk melihat fungsi jantung kedua janin.

Pengobatan Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)

Metode pengobatan Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) bergantung pada tingkat keparahannya. Beberapa prosedur yang dapat dilakukan meliputi:

1. Amnioreduksi

Prosedur ini dilakukan untuk mengurangi jumlah cairan ketuban pada janin resipien guna mengurangi tekanan pada rahim.

2. Fetoscopic Laser Ablation

Merupakan prosedur medis paling efektif untuk menangani Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS). Dokter menggunakan laser untuk menutup pembuluh darah abnormal di plasenta yang menyebabkan ketidakseimbangan aliran darah.

3. Septostomi Amnion

Dilakukan dengan membuat lubang kecil pada kantung ketuban untuk menyeimbangkan cairan ketuban di antara kedua janin.

4. Persalinan Dini

Jika Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) terjadi pada usia kehamilan yang lebih lanjut, dokter mungkin merekomendasikan persalinan prematur untuk menyelamatkan kedua janin.

Pencegahan Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)

Tidak ada cara pasti untuk mencegah Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS), tetapi beberapa langkah berikut dapat membantu mengurangi risikonya:

  • Melakukan kontrol kehamilan secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda awal Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS).
  • Mengonsumsi makanan bergizi tinggi untuk mendukung perkembangan janin.
  • Menghindari stres dan menjaga kesehatan ibu selama kehamilan.
  • Memantau pertumbuhan janin dengan USG secara berkala.

Pertanyaan Umum (Q&A) Tentang Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)

1. Apakah Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) dapat sembuh sendiri?

Tidak, Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) memerlukan intervensi medis karena dapat membahayakan janin.

2. Apakah semua kehamilan kembar monokorionik mengalami Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)?

Tidak, hanya sekitar 10-15% dari kehamilan kembar monokorionik yang mengalami kondisi ini.

3. Apakah bayi yang lahir setelah mengalami Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) dapat tumbuh normal?

Ya, jika ditangani dengan baik, banyak bayi yang lahir dengan Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) dapat tumbuh dengan sehat.

Kesimpulan

Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) adalah kondisi serius yang memerlukan deteksi dini dan penanganan segera. Dengan pemantauan ketat selama kehamilan serta intervensi medis yang tepat, peluang keselamatan bagi kedua janin dapat meningkat secara signifikan.